Mengapa Tak Ada Pelajaran Merawat Tanaman dalam Pendidikan Formal?

Pendidikan formal sering kali berfokus pada penguasaan teori, angka, dan ujian. Mata pelajaran seperti matematika, sains, bahasa, dan sejarah menjadi tulang punggung kurikulum. slot qris gacor Namun, di balik daftar panjang mata pelajaran wajib, muncul pertanyaan sederhana: mengapa kegiatan dasar dan fungsional seperti merawat tanaman tidak pernah menjadi bagian dari kurikulum utama?

Padahal, kegiatan bercocok tanam bukan hanya tentang tanah dan air. Ia menyangkut keterampilan hidup, pemahaman ekologi, serta pembentukan karakter. Sayangnya, aktivitas ini cenderung diposisikan sebagai kegiatan ekstra atau bahkan dianggap tidak penting dalam kerangka pendidikan akademik.

Merawat Tanaman: Keterampilan Hidup yang Terabaikan

Menanam dan merawat tanaman adalah aktivitas yang melibatkan banyak aspek: kesabaran, kedisiplinan, observasi, dan perencanaan. Anak belajar untuk mengenali siklus hidup, memahami kebutuhan makhluk hidup, serta mengelola waktu dan tanggung jawab. Ini adalah pelajaran yang sangat aplikatif dalam kehidupan sehari-hari, namun nyaris tidak ditemukan dalam silabus pendidikan nasional.

Ketika anak belajar menanam, mereka secara tidak langsung diajarkan untuk peduli, memahami proses bertumbuh, dan menerima bahwa hasil tidak datang seketika. Keterampilan seperti ini sulit diperoleh dari pelajaran berbasis buku teks saja.

Koneksi Emosional dengan Alam yang Hilang

Ketidakhadiran pelajaran merawat tanaman juga berarti hilangnya kesempatan untuk membangun hubungan emosional dengan alam. Anak-anak yang dibesarkan dalam sistem pendidikan yang steril dari interaksi alam cenderung melihat lingkungan hanya sebagai latar belakang, bukan sesuatu yang hidup dan layak dihargai.

Hubungan dengan tanaman dan tanah menumbuhkan rasa hormat terhadap ekosistem, dan ini merupakan fondasi penting dari kesadaran lingkungan. Di tengah krisis iklim global dan kerusakan ekosistem, pendidikan yang memutus keterhubungan manusia dan alam justru berpotensi memperparah masalah.

Apakah Merawat Tanaman Tidak Relevan Secara Akademik?

Salah satu alasan mengapa merawat tanaman tidak masuk dalam kurikulum utama bisa jadi karena dianggap tidak relevan dengan tujuan akademik yang terstandarisasi. Sistem pendidikan saat ini lebih menekankan pada pencapaian nilai, kelulusan ujian, dan kemampuan bersaing dalam dunia kerja. Aktivitas seperti bercocok tanam dianggap kurang efisien, terlalu lambat, atau sulit diukur secara kuantitatif.

Namun, argumen ini mengabaikan nilai-nilai penting dalam pembentukan manusia yang utuh. Dalam dunia yang semakin kompleks, justru keterampilan merawat, bertahan, dan beradaptasi menjadi semakin penting. Pendidikan yang mengabaikan nilai-nilai ini hanya akan menghasilkan generasi yang kognitif kuat, tetapi minim empati dan ketahanan mental.

Potensi Pendidikan Interdisipliner yang Tersia-siakan

Menanam tanaman sebetulnya bisa menjadi pelajaran yang sangat kaya secara interdisipliner. Anak bisa belajar biologi melalui pertumbuhan tanaman, kimia melalui tanah dan pupuk, matematika saat mengukur tinggi batang atau menghitung waktu panen, bahkan literasi dengan mencatat jurnal tanam. Namun, sistem pendidikan cenderung memisahkan mata pelajaran secara kaku, sehingga kegiatan holistik seperti ini luput dari perhatian.

Jika pendidikan mau sedikit bergeser dari paradigma kognitif semata menuju pembelajaran berbasis pengalaman, maka aktivitas seperti merawat tanaman bisa menjadi sumber belajar yang kuat dan bermakna.

Kesimpulan: Saatnya Menanam Nilai, Bukan Sekadar Nilai Akademik

Ketiadaan pelajaran merawat tanaman dalam pendidikan formal mencerminkan kesenjangan antara sistem pendidikan dan kebutuhan hidup nyata. Padahal, merawat tanaman bukan hanya soal keterampilan teknis, tapi juga soal mendidik kepekaan, tanggung jawab, dan keterhubungan dengan lingkungan. Ketika sekolah lebih sibuk menanam angka dan ranking, mungkin saatnya bertanya kembali: apa yang sebenarnya ingin kita tumbuhkan dalam diri anak-anak?

This entry was posted in pendidikan and tagged , , , , . Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *